Aku mulai menyadari posisiku yang tidak enak ini, memang dari awal kurasakan demikian. Namun saat ini mulai mendesak dan memberontak yang selama ini aku tahan. Menyempitkan diafragma hingga secelah lubang itu merasakan beratnya bernafas. Pendengaranpun terasa sangat khidmat sampai ketika detak jam terus bergulir seperti menghantui. Badan terasa lunglai sedikit asa masih tersirat dari guratan kepalan tangan yang masih bisa menggemgam. Tetapi ada hal yang sangat berat untuk ditemukan, terasa sulit dalam medium yang tak berjarak dan tak bersekat, yang sebernanya bila ditemukan dapat mendapatkan karya pencitraan, meskipun secara harfiah aku mempunyai kekurangan dalam hal penglihatan namun apa mungkin tidak aku mendapatkan yang namanya ‘focus’ itu.
Focus ya itulah yang dibutuhkan dalam setiap hal. Teman ku sering berkata fokuslah pada satu hal dulu bila sudah bisa baru mencari focus focus yang lain. Dan focus tidak berarti hanya satu, namun kata itu merupakan kata mudah yang sulit dilakukan. Dimanakah bisa kutemukan focus itu?
Ada yang bilang pejamkanlah matamu, lalu pikirkan dimana kamu berada saat ini, nah disitulah fokusmu seharusnya berada. Ada juga yang bilang focus tidak lebih dari sebuah titik yang sulit ditemukan namun dapat menghilangkan memburamnya citra. Sampai pada suatu kesimpulan berbuatlah semaksimal mungkin pada hal yang kamu lakukan dimana kamu berpijak sekarang.